Gebetan Ghosting Sudah Biasa, Tetapi Pernahkah Kamu Di-ghosting Karyawan?

Gebetan Ghosting Sudah Biasa, Tetapi Pernahkah Kamu Di-ghosting Karyawan?

Bayangkan skenario di mana sebuah perusahaan sedang merekrut karyawan baru. Semua berjalan lancar; CV yang menarik, wawancara mengesankan, bahkan kontrak kerja sudah disepakati. Namun tiba-tiba, calon karyawan itu menghilang–tanpa penjelasan, tanpa jejak, seperti hantu. Inilah yang disebut employee ghosting, sebuah fenomena di mana karyawan atau kandidat tiba-tiba memutus kontak tanpa kabar dengan perusahaan. Kejadian seperti ini belakangan kerap terjadi di Indonesia, terutama di kalangan pekerja muda, dan menjadi perhatian serius bagi perusahaan.

Employee ghosting merupakan istilah yang terinspirasi dari dunia kencan, di mana seseorang menghilang tanpa pamit begitu saja. Dalam konteks pekerjaan, ini bisa terjadi ketika kandidat tak muncul di hari pertama kerja atau bahkan karyawan lama yang tiba-tiba mengundurkan diri tanpa notifikasi. Berdasarkan laporan Jobstreet Indonesia (2024), sekitar 15% perusahaan di Indonesia telah mengalami kasus ghosting dalam dua tahun ke belakang, terutama di sektor teknologi dan ritel. Laporan tersebut menyatakan bahwa penyebab utama dari fenomena ini adalah pasar kerja yang semakin kompetitif dan perubahan pola pikir generasi Z serta milenial, yang cenderung lebih fleksibel dalam mencari peluang baru jika merasa tidak nyaman atau puas.


Faktor Apa yang Membuat Karyawan Melakukan Ghosting?

Ada beberapa alasan mengapa karyawan atau kandidat memilih untuk “kabur” secara diam-diam. Menurut survei, gaji yang kecil menjadi keluhan utama. Data Badan Pusat Statistik (BPS, 2023) menunjukkan upah minimum di banyak daerah belum memenuhi kebutuhan hidup layak, sehingga mendorong karyawan mencari opsi lain tanpa basa-basi. Namun, faktor yang tidak kalah menarik adalah budaya perusahaan yang toxic–seperti tekanan yang berlebihan, hingga komunikasi yang buruk–juga menjadi alasan. Riset dari MIT Sloan (2022) menyimpulkan bahwa budaya perusahaan yang buruk 10 kali lebih berdampak terhadap keputusan resign dibandingkan gaji rendah. Budaya perusahaan yang toxic menimbulkan faktor lain yang mendukung sebagian karyawan atau kandidiat untuk “pamit” dari tempat kerja, yaitu keterikatan emosional karyawan yang rendah (employee disengagement) terhadap lingkungan kerja sehingga membuat mereka tidak merasa rugi untuk meninggalkan perusahaan begitu saja.


Pendekatan Human-centric Sebagai Solusi

Perusahaan melalui HR punya peran penting untuk menyelesaikan permasalahan ghosting. Bekal utama yang wajib dimiliki adalah memamahi pendekatan human-centric yang memposisikan karyawan sebagai individu di lingkungan kerja, bukan sekadar aset perusahaan. Dengan menerapkan nilai “Human Company” MUC Consulting menciptakan budaya perusahaan yang memprioritaskan kesejahteraan dan kepuasan karyawannya, misalnya dengan membiasakan komunikasi dua arah yang asertif melalui sesi pelatihan yang sistematis bagi semua individu dari level direktur, senior, dan supervisor. Kedua, dengan menerapkan kebijakan seperti hybrid working, MUC Consulting memberikan fleksibilitas bagi karyawannya untuk dapat bekerja dari mana saja dangan jadwal tertentu. Ketiga, melalui program-program internal yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas dan keterikatan emosional karyawan, misalnya CINEMUC; kegiatan menonton film bersama, hingga kegiatan berolahraga seperti futsal, badminton, dan lainnya. Keempat, adanya sistem rewards sebagai bentuk apresiasi dari perusahan kepada karyawan yang telah berkontribusi bagi perusahaan.

Untuk mencegah karyawan disengaged hingga berujung ghosting, budaya perusahaan merupakan langkah utama yang perlu dievaluasi dan kemudian dirancang ulang. Visi yang humanis, lingkungan suportif, dan fasilitas-fasilitas yang didukung dengan program atau kebijakan tertentu, akan menciptakan rasa kepemilikan di antara karyawan kepada perusahaannya. Dengan begitu, perusahaan tidak hanya menjadi ruang bekerja bagi karyawan, tetapi juga sebagai tempat untuk bertumbuh dan berkembang. Hal yang tidak kalah penting adalah kesehatan mental. Beberapa perusahan di Indonesia sudah menerapkan program konseling psikologis gratis bagi karyawannya, termasuk MUC Consulting. Laporan dari Talenta (2023) menemukan bahwa perusahaan yang telah memiliki kesadaran atas kesehatan mental karyawannya terbukti mampu menekan tingkat turnover.

Employee ghosting memang tren yang cukup merepotkan, tetapi bukan berarti tidak bisa dicegah. Dengan memahami akar masalah dan menerapkan langkah konkret, perusahaan bisa menciptakan karyawan yang loyal dan puas terhadap pekerjaannya. Bagaimanapun, mempertahankan talenta di era kerja modern tidak cukup hanya dengan gaji–tetapi juga dengan hati.


Sumber:

LinkedIn Indonesia. (2024). Survei Preferensi Pekerja Milenial di Indonesia.

Talenta. (2023). Laporan Engagement Karyawan di Indonesia.

Jobstreet Indonesia. (2024). Tren Rekrutmen dan Perilaku Karyawan di Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Laporan Upah Minimum dan Kebutuhan Hidup Layak di Indonesia.


Global Recognition
Global Recognition | Word Tax     Global Recognition | Word TP

Contact Us

Jakarta
MUC Building
Jl. TB Simatupang 15
Jakarta Selatan 12530

+6221-788-37-111 (Hunting)

+6221-788-37-666 (Fax)

Surabaya
Graha Pena 15th floor
Jl. Ahmad Yani 88
Surabaya 60231

Subscribe

For more updates and information, drop us an email or phone number.

Integrity & Responsibility

Good Corporate Citizenship

Whistleblowing

Privacy Policy


© 2020. PT Multi Utama Consultindo. All Rights Reserved.
dari server baru