Tata Tertib Persidangan Pengadilan Pajak
(1) | Kelengkapan yang tersedia dalam ruang sidang adalah sebagai berikut:
|
(2) | Letak Lambang Negara Burung Garuda Pancasila sebagaimana dimaksud pada ayal (1) huruf a adalah di belakang meja Hakim bagian tengah atas. |
(3) | Letak Bendera Merah Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah di bagian belakang sebelah kanan meja Hakim. |
(4) | Letak Bendera Cakra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah di bagian belakang sebelah kiri meja Hakim bagian tengah atas. |
(5) | Letak meja dan kursi, serta palu Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan e adalah di podium ruang sidang. |
(6) | Letak meja dan kursi Panitera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f adalah di sisi depan bagian depan meja Hakim. |
(7) | Letak meja dan kursi Terbanding/Tergugat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g adalah di bagian depan sebelah kiri meja Hakim. |
(8) | Letak meja dan kursi Pemohon Banding/Penggugat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h adalah di bagian depan sebelah kanan meja Hakim. |
(9) | Letak tempat duduk pengunjung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i adalah di bagian belakang Para Pihak. |
(10) | Letak kursi dan meja Saksi/Ahli/Ahli Alih Bahasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k adalah berhadapan dengan meja Panitera. |
(1) | Hakim Ketua, Hakim Anggota, atau Hakim Tunggal selama dalam ruang sidang memakai Toga Hakim Pengadilan Pajak. |
(2) | Toga Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwarna hitam dengan lengan lebar, simare, dan bef. |
(3) | Toga Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah mantel lebar dan panjang sampai dengan betis, dengan lengan lebar diberi 8 (delapan) lipatan pada pangkal lengan dan kancing sebanyak 17 (tujuh belas) buah. |
(4) | Simare sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat dari kain berwarna biru. |
(5) | Bef sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah kain berwarna putih dengan 8 (delapan) lipatan, dengan ukuran panjang 25 (dua puluh lima) cm, lebar bagian atas 5 (lima) cm, dan lebar bagian bawah 15 (lima belas) cm. |
(6) | Toga Hakim dilengkapi dengan pin lencana logam Hakim yang disematkan pada dada sebelah kiri. |
(7) | Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memakai bawahan berwarna gelap, dan bagi Hakim wanita yang berkerudung/berjilbab menggunakan kerudung warna putih. |
(1) | Dalam persidangan, Panitera harus berpakaian sipil lengkap warna hitam dengan kemeja warna putih, dan dilengkapi kartu identitas kepaniteraan, serta berdasi warna merah bagi pria, serta berkerudung warna merah bagi wanita yang berkerudung/berjilbab. |
(2) | Dalam persidangan, Staf harus berpakaian dengan kemeja warna putih, bawahan hitam, dan dilengkapi kartu identitas kepaniteraan, serta berdasi warna merah bagi pria, berkerudung warna merah bagi wanita yang berkerudung/berjilbab. |
(1) | Para Pihak, saksi, ahli, dan ahli alih bahasa dalam persidangan wajib berpakaian rapi dan sopan dengan menggunakan kemeja/jas/blazer, sepatu, dan tidak memakai celana jeans dan/atau celana pendek. |
(2) | Pengunjung yang hadir dalam persidangan wajib berpakaian rapi dan sopan dengan menggunakan kemeja, sepatu, dan tidak memakai celana jeans dan/atau celana pendek. |
(1) | Persidangan dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan hari Kamis, kecuali hari libur. |
(2) | Persidangan dimulai pukul 09.00 WIB dan berakhir paling lambat pukul 17.00 WIB. |
(3) | Dalam hal hari dan waktu persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat dilaksanakan, persidangan dapat disesuaikan berdasarkan pertimbangan Majelis/Hakim Tunggal. |
(1) | Hakim wajib mematuhi Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. |
(2) | Panitera wajib mematuhi Kode Etik dan Pedoman Perilaku Panitera. |
(1) | Para Pihak, Saksi, Ahli, dan Ahli Alih Bahasa serta Pengunjung sidang wajib bersikap tertib, tenang, dan sopan. |
(2) | Para Pihak, Saksi, Ahli, dan Ahli Alih Bahasa serta Pengunjung dilarang:
|
(3) | Para Pihak, Saksi, Ahli, dan Ahli Alih Bahasa, serta Pengunjung yang tidak mematuhi ayat (1) dan ayat (2) tidak diizinkan memasuki Gedung Persidangan. |
(1) | Urutan persidangan menggunakan Rencana Umum Sidang pada hari persidangan. |
(2) | Urutan persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disesuaikan berdasarkan pertimbangan Majelis/Hakim Tunggal. |
(1) | Panitera memanggil Para Pihak untuk memasuki ruang sidang sesuai dengan urutan persidangan sebagaimana diatur dalam Pasal 10. |
(2) | Panitera memanggil Para Pihak secara patut sebanyak 3 (tiga) kali. |
(1) | Panitera berdiri dan meminta Para Pihak, Saksi, Ahli, Ahli Alih Bahasa, dan Pengunjung, untuk berdiri pada saat Majelis/Hakim Tunggal memasuki ruang sidang dan bersama-sama duduk kembali setelah Majelis/Hakim Tunggal menempati posisi. |
(2) | Majelis memasuki ruangan sidang didahului dengan Hakim Ketua. |
(3) | Majelis menempati kursi Majelis yang telah disediakan dengan pengaturan Hakim Ketua berada di tengah dan Hakim Anggota Senior berada di sebelah kanan Hakim Ketua. |
(4) | Apabila Hakim Anggota diangkat berdasarkan Keputusan Presiden yang sama, maka Hakim Anggota Senior ditentukan berdasarkan usia. |
(5) | Setelah Hakim Ketua/Hakim Tunggal menutup persidangan Panitera berdiri dan meminta Para Pihak, Saksi, Ahli, Ahli Alih Bahasa, dan Pengunjung, untuk berdiri pada saat Majelis/Hakim Tunggal akan meninggalkan ruang sidang. |
(6) | Majelis meninggalkan ruangan sidang didahului dengan Hakim Ketua. |
(7) | Panitera mempersilahkan Para Pihak, Saksi, Ahli, Ahli Alih Bahasa, dan Pengunjung untuk meninggalkan ruang sidang setelah Majelis/Hakim Tunggal meninggalkan ruang sidang. |
(1) | Para Pihak, Saksi, Ahli, Ahli Alih Bahasa, dan Pengunjung sidang, wajib:
|
(2) | Para Pihak, Saksi, Ahli, Ahli Alih Bahasa, dan Pengunjung persidangan, dilarang:
|
(3) | Hakim Ketua/Hakim Tunggal memberikan peringatan dan/atau mengambil tindakan untuk mengeluarkan dari ruang sidang kepada siapapun yang melanggar tata tertib dalam persidangan. |
(1) | Hakim Ketua/Hakim Tunggal setiap memulai persidangan menyatakan sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum dengan ditandai pcngetukan palu. |
(2) | Pengetukan palu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk membuka persidangan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali. |
(3) | Pengetukan palu untuk memulai dan mengakhiri setiap pemeriksaan sengketa dan pengucapan putusan dilakukan 1 (satu) kali. |
(4) | Pengetukan palu untuk menutup persidangan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali. |
(5) | Dalam hal satu hari sidang dilaksanakan lebih dari satu jenis persidangan, maka untuk membuka persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan menutup persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Hakim Ketua/Hakim Tunggal melakukan pengetukan palu sebanyak 3 (tiga) kali untuk masing-masing jenis persidangan. |
(1) | Pada persidangan pertama, Hakim Ketua/Hakim Tunggal memerintahkan Panitera untuk membacakan Penetapan Ketua Pengadilan Pajak mengenai penunjukan Majelis/Hakim Tunggal dan Panitera yang ditetapkan untuk menyidangkan Banding/Gugatan. |
(2) | Dalam hal terdapat penggantian Majelis/Hakim Tunggal, Hakim Ketua/Hakim Tunggal memberitahukan penunjukan Majelis/Hakim Tunggal pengganti oleh Ketua Pengadilan Pajak kepada Para Pihak. |
(3) | Dalam hal pembacaan Penetapan Ketua Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Para Pihak tidak hadir, maka Hakim Ketua/Hakim Tunggal memberitahukan kepada Para Pihak pada sidang lanjutan. |
(1) | Untuk menjaga tertib pelaksanaan persidangan, Hakim Ketua/Hakim Tunggal dapat memerintahkan segala sesuatu untuk mendukung ketertiban persidangan. |
(2) | Dalam hal pelanggaran tata tertib persidangan bersifat suatu tindakan pidana, dapat dilakukan penuntutan terhadap pelakunya. |
(1) | Dalam proses pemeriksaan di persidangan, Hakim Ketua/Hakim Tunggal dapat melakukan skors persidangan berdasarkan pertimbangan tertentu. |
(2) | Skors persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dan diakhiri dengan pengetukan palu 1 (satu) kali. |
(3) | Hakim Ketua/Hakim Tunggal dapat memerintahkan Panitera agar Para Pihak, Saksi, Ahli, Ahli Alih Bahasa, dan Pengunjung untuk meninggalkan ruang sidang saat sidang telah diskors. |
(1) | Pengucapan Putusan diawali dan diakhiri oleh Hakim Ketua/Hakim Tunggal. |
(2) | Hakim Ketua dapat menugaskan Hakim Anggota untuk mengucapkan bagian dari suatu Putusan. |
(3) | Setelah Putusan diucapkan, Hakim Ketua/Hakim Tunggal menyatakan: "dengan diucapkannya Putusan Pengadilan Pajak nomor ........ tanggal ........... atas nama Pemohon Banding/Penggugat ............ maka sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) juncto Pasal 83 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Putusan tersebut telah sah dan mempunyai kekuatan hukum tetap untuk dilaksanakan" dan diakhiri dengan pengetukan palu 1 (satu) kali. |