Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor PER-25/BC/2023 Tentang Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Melalui Barang Kiriman
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR PER-7/BC/2025
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-25/BC/2023 TENTANG TATA
LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH
DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS MELALUI BARANG
KIRIMAN
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menimbang |
||||||||
a. |
bahwa ketentuan mengenai tata
laksana pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah
ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas melalui
barang kiriman telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor PER-25/BC/2023 tentang Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran
Barang ke dan dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui Barang Kiriman; |
|||||||
b. |
bahwa untuk lebih memberikan
kepastian hukum dan meningkatkan pelayanan dan pengawasan, perlu dilakukan
penyesuaian ketentuan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 Tahun
2025 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96
Tahun 2023 tentang Ketentuan Kepabeanan, Cukai, dan Pajak atas Impor dan
Ekspor Barang Kiriman; |
|||||||
c. |
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka
melaksanakan ketentuan Pasal 86 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 34/PMK.04/2021 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke
dan dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Tata
Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Kawasan yang Telah
Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui
Barang Kiriman; |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mengingat |
||||||||
1. |
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 34/PMK.04/2021 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke
dan dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 314); |
|||||||
2. |
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 96 Tahun 2023 tentang Ketentuan Kepabeanan, Cukai, dan Pajak
Atas Impor Dan Ekspor Barang Kiriman (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2023 Nomor 740) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 4 Tahun 2025 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 Tahun 2023 tentang Ketentuan
Kepabeanan, Cukai, dan Pajak atas Impor dan Ekspor Barang Kiriman (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2024 Nomor 72); |
|||||||
3. |
Peraturan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai Nomor PER-25/BC/2023 tentang Tata Laksana Pemasukan
dan Pengeluaran Barang ke dan dari Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui Barang Kiriman; |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MEMUTUSKAN: |
||||||||
Menetapkan |
||||||||
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
BEA DAN CUKAI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN
CUKAI NOMOR PER-25/BC/2023 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN
PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN
PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS MELALUI BARANG KIRIMAN. |
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal I |
||||||||
Beberapa ketentuan dalam
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-25/BC/2023 tentang
Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Kawasan yang Telah
Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui
Barang Kiriman, diubah sebagai berikut: |
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1. |
Ketentuan ayat (3) Pasal 2
diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 2 |
|||||||
|
(1) |
Pemasukan dan pengeluaran
barang ke dan dari Kawasan Bebas dapat dilakukan melalui Barang Kiriman. |
||||||
|
(2) |
Barang Kiriman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan: |
||||||
|
|
a. |
barang hasil perdagangan; dan |
|||||
|
|
b. |
barang selain hasil
perdagangan. |
|||||
|
(3) |
Barang hasil perdagangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan barang hasil transaksi
jual beli antara penjual dan pembeli. |
||||||
|
(4) |
Pemasukan dan pengeluaran
barang melalui Barang Kiriman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui Penyelenggara Pos. |
||||||
|
(5) |
Penyelenggara Pos sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) terdiri atas: |
||||||
|
|
a. |
PPYD; dan |
|||||
|
|
b. |
PJT. |
|||||
2. |
Ketentuan ayat (5) Pasal 3
diubah, sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 3 |
|||||||
|
(1) |
Barang Kiriman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dimasukkan ke Kawasan Bebas dari: |
||||||
|
|
a. |
luar Daerah Pabean; |
|||||
|
|
b. |
tempat lain dalam Daerah
Pabean; atau |
|||||
|
|
c. |
Kawasan Bebas lain, tempat
penimbunan berikat, atau kawasan ekonomi khusus. |
|||||
|
(2) |
Barang Kiriman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dikeluarkan dari Kawasan Bebas ke: |
||||||
|
|
a. |
luar Daerah Pabean; |
|||||
|
|
b. |
tempat lain dalam Daerah
Pabean; atau |
|||||
|
|
c. |
Kawasan Bebas lain, tempat
penimbunan berikat, atau kawasan ekonomi khusus. |
|||||
|
(3) |
Pemasukan Barang Kiriman ke
Kawasan Bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau pengeluaran Barang
Kiriman dari Kawasan Bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan
dengan: |
||||||
|
|
a. |
CN, dalam hal: |
|||||
|
|
|
1) |
Barang Kiriman yang: |
||||
|
|
|
|
a) |
dimasukkan dari luar Daerah
Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a; atau |
|||
|
|
|
|
b) |
dikeluarkan ke tempat lain
dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, |
|||
|
|
|
|
memiliki nilai pabean sampai
dengan nilai tertentu; |
||||
|
|
|
2) |
Barang Kiriman dikeluarkan ke
luar Daerah Pabean, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dengan
ketentuan: |
||||
|
|
|
|
a) |
memiliki berat kotor (bruto)
tidak melebihi 30 (tiga puluh) kilogram; |
|||
|
|
|
|
b) |
dikeluarkan oleh Pengirim
Barang yang bukan merupakan badan usaha; dan/atau |
|||
|
|
|
|
c) |
merupakan Barang Kiriman yang
pada saat pemasukan ke Kawasan Bebas diberitahukan dengan CN; atau |
|||
|
|
|
3) |
Barang Kiriman dimasukkan dari
tempat lain dalam Daerah Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b;
atau |
||||
|
|
b. |
Pemberitahuan Pabean pemasukan
barang ke Kawasan Bebas atau Pemberitahuan Pabean pengeluaran barang dari
Kawasan Bebas, oleh Penerima Barang atau Pengirim Barang, atau kuasanya,
dalam hal: |
|||||
|
|
|
1) |
Barang Kiriman dimasukkan ke
atau dikeluarkan dari Kawasan Bebas lainnya, tempat penimbunan berikat, atau
kawasan ekonomi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan ayat
(2) huruf c; atau |
||||
|
|
|
2) |
Barang Kiriman tidak termasuk
dalam ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, |
||||
|
|
|
kepada Pejabat Bea dan Cukai
yang menangani pelayanan Barang Kiriman pada Kantor Pabean. |
|||||
|
(4) |
Penerima Barang atau Pengirim
Barang dapat menyelesaikan Kewajiban Pabean dengan menyampaikan Pemberitahuan
Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b atas Barang Kiriman yang
termasuk dalam barang yang disampaikan dengan CN sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a. |
||||||
|
(5) |
Penyampaian CN sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dilakukan dengan: |
||||||
|
|
a. |
menghitung sendiri bea masuk,
cukai, dan/atau pajak dalam rangka impor yang terutang (self-assessment),
dalam hal Penerima Barang atau Pengirim Barang di Kawasan Bebas merupakan
badan usaha; atau |
|||||
|
|
b. |
memberitahukan tarif dan nilai
pabean sebagai dasar penghitungan bea masuk oleh Pejabat Bea dan Cukai yang
menangani Barang Kiriman dan/atau SKP, dalam hal Penerima Barang atau
Pengirim Barang di Kawasan Bebas selain badan usaha. |
|||||
|
(6) |
CN sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a paling sedikit memuat elemen data sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan kepabeanan, cukai,
dan pajak atas impor dan ekspor barang kiriman. |
||||||
|
(7) |
CN sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a yang disampaikan kepada Pejabat Bea dan Cukai, merupakan
Pemberitahuan Pabean pemasukan ke Kawasan Bebas atau Pemberitahuan Pabean
pengeluaran dari Kawasan Bebas, dan diberikan tanggal pendaftaran. |
||||||
|
(8) |
Pemasukan dan pengeluaran
Barang Kiriman ke dan dari Kawasan Bebas hanya dapat dilakukan oleh Penerima
Barang atau Pengirim Barang yang telah mendapat perizinan berusaha dari Badan
Pengusahaan Kawasan. |
||||||
|
(9) |
Dikecualikan dari ketentuan
pemenuhan perizinan berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (8) terhadap
Barang Kiriman yang dimasukkan ke Kawasan Bebas atau dikeluarkan dari Kawasan
Bebas yang diberitahukan dengan CN. |
||||||
|
(10) |
Ketentuan lebih lanjut
mengenai Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan yang telah ditetapkan
sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Ketentuan ayat (3) Pasal 4
diubah, dan di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 4 disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (2a), di antara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (4a), sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 4 |
|||||||
|
(1) |
Penerima Barang atau Pengirim
Barang merupakan Orang yang bertindak sebagai Orang yang memasukkan Barang
Kiriman ke Kawasan Bebas atau mengeluarkan Barang Kiriman dari Kawasan Bebas. |
||||||
|
(2) |
Dalam hal Barang Kiriman
merupakan barang hasil perdagangan melalui PPMSE, Orang yang diperlakukan
sebagai Orang yang memasukkan Barang Kiriman ke Kawasan Bebas atau
mengeluarkan Barang Kiriman dari Kawasan Bebas yaitu: |
||||||
|
|
a. |
PPMSE yang berkedudukan di
dalam negeri; atau |
|||||
|
|
b. |
badan usaha yang berkedudukan
di dalam negeri yang telah ditunjuk sebagai perwakilan PPMSE yang
berkedudukan di luar Daerah Pabean. |
|||||
|
(2a) |
Dalam hal PPMSE yang
berkedudukan di luar Daerah Pabean belum menunjuk badan usaha yang
berkedudukan di dalam negeri sebagai perwakilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, maka: |
||||||
|
|
a. |
Orang yang memasukkan Barang
Kiriman ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean bertindak sebagai Penerima
Barang; dan/atau |
|||||
|
|
b. |
Orang yang mengeluarkan Barang
Kiriman dari Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean bertindak
sebagai Pengirim Barang. |
|||||
|
(3) |
Orang yang bertindak sebagai
Penerima Barang atau Pengirim Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2) dan ayat (2a) bertanggung jawab atas pemenuhan kewajiban membayar bea
masuk, bea keluar, cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau pajak
dalam rangka impor, serta pemenuhan ketentuan perizinan berusaha dan/atau
pembatasan yang berlaku di Kawasan Bebas. |
||||||
|
(4) |
Penyelenggara Pos sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) bertindak sebagai PPJK dalam pengurusan
pemasukan dan pengeluaran Barang Kiriman ke dan dari Kawasan Bebas. |
||||||
|
(4a) |
Penyelenggara Pos yang
bertindak sebagai PPJK sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus menyampaikan
data CN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a secara lengkap
dan benar. |
||||||
|
(5) |
Penyelenggara Pos sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) bertanggung jawab terhadap pemenuhan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam hal Orang yang bertindak
sebagai Penerima Barang atau Pengirim Barang tidak ditemukan. |
||||||
|
(6) |
Penyelenggara Pos sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) dikecualikan dari kewajiban menyerahkan
jaminan sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai ketentuan kepabeanan, cukai, dan pajak atas impor dan ekspor barang
kiriman. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Ketentuan ayat (2) dan ayat
(3) Pasal 23 diubah, sehingga Pasal 23 berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 23 |
|||||||
|
(1) |
Pejabat Bea dan Cukai dan/atau
SKP menetapkan tarif dan/atau nilai pabean berdasarkan pemeriksaan pabean
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1). |
||||||
|
(2) |
Dalam hal penetapan tarif atas
CN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) huruf a mengakibatkan
kekurangan pembayaran bea masuk, Penerima Barang atau Pengirim Barang melalui
Penyelenggara Pos wajib melunasi bea masuk yang kurang dibayar sesuai dengan
penetapan. |
||||||
|
(3) |
Dalam hal penetapan nilai
pabean atas CN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) huruf a
mengakibatkan kekurangan pembayaran bea masuk, Penerima Barang atau Pengirim
Barang wajib melunasi kekurangan pembayaran bea masuk dan dikenai sanksi
administrasi berupa denda sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepabeanan. |
||||||
|
(4) |
Ketentuan lebih lanjut
mengenai penetapan tarif dan/atau nilai pabean atas Barang Kiriman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan kepabeanan, cukai, dan pajak
atas impor dan ekspor barang kiriman. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Di antara ayat (3) dan ayat
(4) Pasal 31 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (3a), sehingga Pasal 31
berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 31 |
|||||||
|
(1) |
Penyampaian: |
||||||
|
|
a. |
CN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3); |
|||||
|
|
b. |
Pemberitahuan Pabean
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3); |
|||||
|
|
c. |
perincian Pemberitahuan Pabean
kedatangan sarana Pengangkut (inward manifest) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (4); |
|||||
|
|
d. |
pemberitahuan pemindahan
penimbunan Barang Kiriman (BC 1.4) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(5); |
|||||
|
|
e. |
perincian Pemberitahuan Pabean
keberangkatan sarana pengangkut (outward manifest) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1); dan |
|||||
|
|
f. |
daftar Barang Kiriman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), |
|||||
|
|
ke Kantor Pabean dilakukan
oleh Penyelenggara Pos melalui sistem pertukaran data elektronik. |
||||||
|
(2) |
Penyampaian oleh Penyelenggara
Pos sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan tulisan
di atas formulir dalam hal: |
||||||
|
|
a. |
sistem pertukaran data
elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengalami gangguan; dan/atau |
|||||
|
|
b. |
SKP tidak dapat beroperasi
dalam jangka waktu paling singkat 1 (satu) jam. |
|||||
|
(3) |
Penyampaian CN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dalam jangka waktu: |
||||||
|
|
a. |
paling lambat 1 (satu) hari
kerja sejak kedatangan Barang Kiriman dalam rangka pemasukan ke Kawasan
Bebas; atau |
|||||
|
|
b. |
paling lambat sebelum Barang
Kiriman dimasukkan ke Kawasan Pabean di tempat pemuatan dalam rangka
pengeluaran dari Kawasan Bebas. |
|||||
|
(3a) |
Jangka waktu penyampaian CN
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dapat dikecualikan dalam hal
Penyelenggara Pos melakukan konfirmasi kepada pengirim dan/atau penerima
Barang Kiriman untuk penyampaian data CN secara lengkap dan benar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4a). |
||||||
|
(4) |
Dalam hal terdapat invoice,
packing list, dan/atau Dokumen Pelengkap Pabean lainnya,
Penyelenggara Pos menyertakannya pada saat penyampaian CN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a atau Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b. |
||||||
|
(5) |
Penyampaian Dokumen Pelengkap
Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui sistem pertukaran
data elektronik atau tulisan di atas formulir. |
||||||
|
(6) |
Tata cara penyampaian daftar
barang kiriman oleh PPYD sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I huruf D yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Direktur Jenderal ini. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Di antara ayat (3) dan ayat
(4) Pasal 32 disisipkan 3 (tiga) ayat, yakni ayat (3a), ayat (3b), dan ayat
(3c), sehingga Pasal 32 berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 32 |
|||||||
|
(1) |
Terhadap Barang Kiriman yang: |
||||||
|
|
a. |
dimasukkan ke Kawasan Bebas
dari luar Daerah Pabean; |
|||||
|
|
b. |
dimasukkan ke Kawasan Bebas
dari tempat lain dalam Daerah Pabean; dan |
|||||
|
|
c. |
dikeluarkan dari Kawasan Bebas
ke luar Daerah Pabean, |
|||||
|
|
dapat dilakukan konsolidasi. |
||||||
|
(2) |
Konsolidasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan pengumpulan Barang Kiriman yang
diberitahukan dengan 2 (dua) atau lebih CN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3) huruf a sebelum Barang Kiriman tersebut dikeluarkan dari Kawasan
Pabean atau dimasukkan ke Kawasan Pabean untuk dimuat ke sarana pengangkut. |
||||||
|
(3) |
Konsolidasi Barang Kiriman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Penyelenggara Pos dengan
Pemberitahuan Konsolidasi Barang Kiriman (PKBK) kepada Kantor Pabean melalui
SKP. |
||||||
|
(3a) |
Konsolidasi Barang Kiriman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menggunakan peti kemas harus
mencantumkan elemen data berupa nomor peti kemas dalam Pemberitahuan
Konsolidasi Barang Kiriman (PKBK). |
||||||
|
(3b) |
Pemberitahuan Konsolidasi
Barang Kiriman (PKBK) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan
rekonsiliasi dengan pemberitahuan keberangkatan sarana pengangkut (outward
manifest). |
||||||
|
(3c) |
Tata cara rekonsiliasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3b) mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8. |
||||||
|
(4) |
Contoh format dan ketentuan
lebih lanjut mengenai penyampaian Pemberitahuan Konsolidasi Barang Kiriman
(PKBK) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai ketentuan kepabeanan, cukai,
dan pajak atas impor dan ekspor barang kiriman. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal II |
||||||||
Peraturan Direktur Jenderal
ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. |
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 2025 DIREKTUR JENDERAL BEA DAN
CUKAI, ttd. ASKOLANI |