Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.04/2017 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2025
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG
KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG DAN AWAK SARANA
PENGANGKUT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menimbang |
||||||||
a. |
bahwa
untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam memberikan pelayanan
atas impor barang yang dibawa oleh penumpang dan awak sarana pengangkut
sesuai dengan hasil evaluasi terhadap proses bisnis impor barang bawaan
penumpang dan awak sarana pengangkut, perlu menyesuaikan kebijakan atas impor
barang yang dibawa oleh penumpang dan awak sarana pengangkut; |
|||||||
b. |
bahwa
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.04/2017 tentang
Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana
Pengangkut belum menampung kebutuhan hukum dalam masyarakat, sehingga perlu
diubah; |
|||||||
c. |
bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.04/2017 tentang
Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana
Pengangkut; |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mengingat |
||||||||
1. |
Pasal 17
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; |
|||||||
2. |
Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6856); |
|||||||
3. |
Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6856); |
|||||||
4. |
Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); |
|||||||
5. |
Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6736); |
|||||||
6. |
Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 2024 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2024 Nomor 225,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6994); |
|||||||
7. |
Peraturan
Presiden Nomor 158 Tahun 2024 tentang
Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2024 Nomor
354); |
|||||||
8. |
Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.04/2017 tentang
Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana
Pengangkut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1900); |
|||||||
9. |
Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 124 Tahun 2024 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2024 Nomor 1063); |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
MEMUTUSKAN: |
||||||||
Menetapkan |
||||||||
PERATURAN
MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG
KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG DAN AWAK SARANA
PENGANGKUT. |
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal I |
||||||||
Beberapa
ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.04/2017 tentang
Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana
Pengangkut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1900), diubah
sebagai berikut: |
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1. |
Ketentuan
ayat (3) Pasal 9 diubah sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 9 |
|||||||
|
(1) |
Barang
impor yang dibawa oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut wajib
diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean. |
||||||
|
(2) |
Pemberitahuan
pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara lisan atau
disampaikan secara tertulis. |
||||||
|
(3) |
Pemberitahuan
secara lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disampaikan oleh: |
||||||
|
|
a. |
Penumpang
yang berusia lebih dari 60 (enam puluh) tahun; |
|||||
|
|
b. |
Penumpang
yang merupakan penyandang disabilitas; |
|||||
|
|
c. |
Penumpang
yang merupakan jemaah haji reguler yang telah terdaftar untuk menunaikan
ibadah haji pada musim haji yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai penyelenggaraan ibadah haji; |
|||||
|
|
d. |
Penumpang
yang merupakan tamu negara yang dikategorikan sebagai Very Very
Important Person (VVIP); dan |
|||||
|
|
e. |
Penumpang
atau Awak Sarana Pengangkut pada tempat tertentu yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal. |
|||||
|
(4) |
Pemberitahuan
secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dengan
menggunakan: |
||||||
|
|
a. |
Customs
Declaration; atau |
|||||
|
|
b. |
Pemberitahuan
Impor Barang Khusus. |
|||||
|
(5) |
Customs
Declaration dan Pemberitahuan Impor Barang Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diisi secara lengkap dan benar. |
||||||
|
(6) |
Customs
Declaration atau Pemberitahuan Impor Barang Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), dapat disampaikan paling lambat pada saat kedatangan Penumpang atau
Awak Sarana Pengangkut yang bersangkutan dalam bentuk: |
||||||
|
|
a. |
data
elektronik; atau |
|||||
|
|
b. |
tulisan
di atas formulir. |
|||||
|
(7) |
Pengeluaran
barang impor dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Pejabat Bea dan Cukai. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Ketentuan
ayat (1) dan ayat (2) Pasal 12 diubah dan ditambahkan 4 (empat) ayat, yakni
ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 12 |
|||||||
|
(1) |
Barang
pribadi Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a yang
diperoleh dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a, dengan nilai pabean paling banyak FOB USD500.00 (lima ratus United
States Dollar) per orang untuk setiap kedatangan, diberikan pembebasan
bea masuk. |
||||||
|
(2) |
Barang
pribadi Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a yang
diperoleh dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a yang merupakan barang bawaan: |
||||||
|
|
a. |
jemaah
haji reguler sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf c; atau |
|||||
|
|
b. |
jemaah
haji khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
penyelenggaraan ibadah haji dengan nilai pabean paling banyak FOB USD2,500.00
(dua ribu lima ratus United States Dollar) per orang untuk setiap
kedatangan, |
|||||
|
|
diberikan
pembebasan bea masuk. |
||||||
|
(3) |
Barang
pribadi Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a yang
diperoleh dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a, yang merupakan hadiah perlombaan atau penghargaan berupa: |
||||||
|
|
a. |
medali,
trofi, plakat, lencana, dan/atau barang sejenis lainnya; dan/atau |
|||||
|
|
b. |
barang
hadiah lainnya, |
|||||
|
|
dengan
jumlah sesuai kategori perlombaan atau penghargaan, diberikan pembebasan bea
masuk. |
||||||
|
(4) |
Pembebasan
bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan untuk setiap kategori
perlombaan atau penghargaan dan harus memenuhi persyaratan: |
||||||
|
|
a. |
Penumpang
merupakan warga negara Indonesia yang menerima hadiah perlombaan atau
penghargaan; |
|||||
|
|
b. |
barang
merupakan hadiah dari perlombaan atau penghargaan di bidang olahraga, ilmu
pengetahuan, kesenian, kebudayaan, keagamaan, dan/atau bidang lain yang
mengadakan perlombaan atau memberikan penghargaan; |
|||||
|
|
c. |
terdapat
dokumen atau bukti keikutsertaan dalam perlombaan atau penghargaan
internasional dari: |
|||||
|
|
|
1. |
kementerian,
lembaga, atau institusi di Indonesia; |
||||
|
|
|
2. |
penyelenggara
perlombaan atau penghargaan di luar negeri; dan/atau |
||||
|
|
|
3. |
media
massa nasional atau internasional; dan |
||||
|
|
d. |
barang
bukan merupakan: |
|||||
|
|
|
1. |
kendaraan
bermotor; |
||||
|
|
|
2. |
barang
kena cukai; dan/atau |
||||
|
|
|
3. |
hasil
dari undian atau judi. |
||||
|
(5) |
Barang
Pribadi Penumpang yang diberikan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), berlaku ketentuan: |
||||||
|
|
a. |
tidak
dipungut pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah; dan |
|||||
|
|
b. |
dikecualikan
dari pemungutan pajak penghasilan. |
|||||
|
(6) |
Dalam hal
nilai pabean barang pribadi Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1) huruf a yang diperoleh dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a melebihi batas nilai pabean sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) huruf b, atas kelebihan tersebut dipungut bea
masuk dan pajak dalam rangka impor tidak termasuk pajak penghasilan. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Ketentuan
ayat (1) dan ayat (3) Pasal 13 diubah, dan ayat (2) dihapus sehingga berbunyi
sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 13 |
|||||||
|
(1) |
Selain
diberikan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
dan ayat (2), terhadap barang pribadi Penumpang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a yang merupakan barang kena cukai, diberikan
pembebasan cukai untuk setiap orang dewasa dengan jenis dan jumlah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata
cara pembebasan cukai. |
||||||
|
(2) |
Dihapus. |
||||||
|
(3) |
Dalam hal
barang kena cukai melebihi jumlah yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), atas kelebihan jumlah tersebut langsung dimusnahkan oleh Pejabat
Bea dan Cukai dengan atau tanpa disaksikan Penumpang yang bersangkutan. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Ketentuan
ayat (1) dan ayat (2) Pasal 14 diubah dan diantara ayat (1) dan ayat (2)
disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (1a), sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 14 |
|||||||
|
(1) |
Barang
pribadi Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
huruf a yang diperoleh dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a dengan nilai pabean paling banyak FOB USD50.00 (lima
puluh United States Dollar) per orang untuk setiap kedatangan,
diberikan pembebasan bea masuk. |
||||||
|
(1a) |
Barang
pribadi Awak Sarana Pengangkut yang diberikan pembebasan bea masuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku ketentuan: |
||||||
|
|
a. |
tidak
dipungut pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah; dan |
|||||
|
|
b. |
dikecualikan
dari pemungutan pajak penghasilan. |
|||||
|
(2) |
Dalam hal
nilai pabean barang pribadi Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf a yang diperoleh dari luar Daerah Pabean sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a melebihi batas nilai pabean
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atas kelebihan tersebut dipungut bea
masuk dan pajak dalam rangka impor tidak termasuk pajak penghasilan. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Ketentuan
ayat (1) dan ayat (3) Pasal 15 diubah dan ayat (2) dihapus sehingga berbunyi
sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 15 |
|||||||
|
(1) |
Selain
diberikan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1),
terhadap barang pribadi Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a yang merupakan barang kena cukai, diberikan
pembebasan cukai dengan jenis dan jumlah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara pembebasan cukai. |
||||||
|
(2) |
Dihapus. |
||||||
|
(3) |
Dalam hal
barang kena cukai melebihi jumlah yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), atas kelebihan jumlah tersebut langsung dimusnahkan oleh Pejabat
Bea dan Cukai dengan atau tanpa disaksikan Awak Sarana Pengangkut yang
bersangkutan. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Ketentuan
ayat (1) Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 18 |
|||||||
|
(1) |
Dalam hal
dari hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)
huruf b, ditemukan adanya: |
||||||
|
|
a. |
kelebihan
jumlah barang kena cukai dari jumlah yang ditentukan, terhadap kelebihan
jumlah tersebut langsung dimusnahkan oleh Pejabat Bea dan Cukai dengan atau
tanpa disaksikan oleh Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut yang
bersangkutan; |
|||||
|
|
b. |
barang
yang terkena ketentuan larangan atau pembatasan impor, Pejabat Bea dan Cukai
melakukan penindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai larangan dan pembatasan; |
|||||
|
|
c. |
uang
tunai dan/atau instrumen pembayaran lain dengan nilai paling sedikit
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang
nilainya setara dengan itu, diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai tata cara pembawaan uang tunai dan/atau instrumen
pembayaran lain ke dalam atau ke luar Daerah Pabean Indonesia; |
|||||
|
|
d. |
barang
impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a yang diperoleh dari
luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dengan
nilai pabean tidak melebihi batas nilai pabean yang dapat diberikan
pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan ayat
(2) huruf b atau Pasal 14 ayat (1), diberikan pembebasan bea masuk; |
|||||
|
|
e. |
barang
impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a yang diperoleh dari
luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dengan
nilai pabean melebihi batas nilai pabean yang dapat diberikan pembebasan bea
masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) huruf b atau
Pasal 14 ayat (1), atas kelebihan tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam
rangka impor berdasarkan keseluruhan nilai pabean dikurangi dengan nilai
pabean yang mendapatkan pembebasan bea masuk; atau |
|||||
|
|
f. |
barang
impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, terhadap barang
impor dimaksud dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor serta berlaku
ketentuan umum di bidang impor. |
|||||
|
(2) |
Dalam hal
dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b
tidak ditemukan adanya barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf c, huruf e, dan/atau huruf f, Pejabat Bea dan Cukai memberikan
persetujuan pengeluaran barang tersebut. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7. |
Judul
Bagian Kelima BAB III diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Bagian Kelima Penetapan Tarif dan Nilai Pabean |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8. |
Ketentuan
Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 23 |
|||||||
|
Pejabat
Bea dan Cukai menetapkan tarif dan nilai pabean atas: |
|||||||
|
a. |
barang
pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) huruf a yang melebihi batas nilai pabean dan/atau jumlah
tertentu yang diberikan pembebasan bea masuk; dan/atau |
||||||
|
b. |
barang
impor selain barang pribadi Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9. |
Ketentuan
ayat (1), ayat (2), ayat (3) Pasal 24 diubah dan diantara ayat (1) dan ayat
(2) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (1a) sehingga berbunyi sebagai
berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 24 |
|||||||
|
(1) |
Barang
pribadi Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a yang
memiliki nilai pabean melebihi FOB USD500.00 (lima ratus United
States Dollar), berlaku ketentuan: |
||||||
|
|
a. |
tarif bea
masuk ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen); |
|||||
|
|
b. |
nilai
pabean ditetapkan berdasarkan keseluruhan nilai pabean barang pribadi
Penumpang dikurangi dengan FOB USD500.00 (lima ratus United States
Dollar); |
|||||
|
|
c. |
dipungut
pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas
barang mewah sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah; dan |
|||||
|
|
d. |
dikecualikan
dari pemungutan pajak penghasilan. |
|||||
|
(1a) |
Barang
pribadi Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a yang
merupakan barang bawaan jemaah haji khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (2) huruf b yang memiliki nilai pabean melebihi FOB USD2,500.00 (dua
ribu lima ratus United States Dollar), berlaku ketentuan: |
||||||
|
|
a. |
tarif bea
masuk ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen); |
|||||
|
|
b. |
nilai
pabean ditetapkan berdasarkan keseluruhan nilai pabean barang pribadi
Penumpang dikurangi dengan FOB USD2,500.00 (dua ribu lima ratus United
States Dollar); |
|||||
|
|
c. |
dipungut
pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas
barang mewah sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah; dan |
|||||
|
|
d. |
dikecualikan
dari pemungutan pajak penghasilan. |
|||||
|
(2) |
Barang
pribadi Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
huruf a yang memiliki nilai pabean melebihi FOB USD50.00 (lima puluh United
States Dollar), berlaku ketentuan: |
||||||
|
|
a. |
tarif bea
masuk ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen); |
|||||
|
|
b. |
nilai
pabean ditetapkan berdasarkan keseluruhan nilai pabean barang pribadi Awak
Sarana Pengangkut dikurangi dengan FOB USD50.00 (lima puluh United
States Dollar); |
|||||
|
|
c. |
dipungut
pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas
barang mewah sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah; dan |
|||||
|
|
d. |
dikecualikan
dari pemungutan pajak penghasilan. |
|||||
|
(3) |
Barang
impor selain barang pribadi Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, berlaku ketentuan: |
||||||
|
|
a. |
tarif bea
masuk ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen); |
|||||
|
|
b. |
nilai
pabean ditetapkan berdasarkan keseluruhan nilai pabean barang impor; |
|||||
|
|
c. |
dipungut
pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas
barang mewah sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah; dan |
|||||
|
|
d. |
dipungut
pajak penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari nilai impor. |
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10. |
Ketentuan
Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 25 |
|||||||
|
(1) |
Penetapan
tarif dan nilai pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a dilakukan
dengan mencantumkan pada Customs Declaration atau pada
Pemberitahuan Impor Barang Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(4). |
||||||
|
(2) |
Penetapan
tarif dan nilai pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b dilakukan
dengan mencantumkan pada Pemberitahuan Impor Barang Khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) huruf b. |
||||||
|
(3) |
Penetapan
tarif dan nilai pabean pada Customs Declaration sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan Pemberitahuan Impor Barang Khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), menjadi dokumen dasar pembayaran bea
masuk, cukai, dan/atau pajak dalam rangka impor. |
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11. |
Diantara
Pasal 25 dan Pasal 26 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 25A sehingga
berbunyi sebagai berikut: |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal 25A |
|||||||
|
Barang
impor bawaan Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) dikecualikan dari pengenaan bea masuk antidumping, bea masuk
tindakan pengamanan, bea masuk imbalan, dan/atau bea masuk pembalasan. |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasal II |
||||||||
1. |
Pada saat
Peraturan Menteri ini mulai berlaku, perlakuan pajak penghasilan atas: |
|||||||
|
a. |
impor
barang pribadi Penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1); dan |
||||||
|
b. |
impor
barang pribadi Awak Sarana Pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1); |
||||||
|
yang
dilakukan sejak tanggal 1 Januari 2025 sampai dengan sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri ini. |
|||||||
2. |
Peraturan
Menteri ini mulai berlaku tanggal 6 Juni 2025. |
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. |
||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ditetapkan
di Jakarta pada
tanggal 26 Mei 2025 MENTERI
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SRI
MULYANI INDRAWATI Diundangkan
di Jakarta pada
tanggal 28 Mei 2025 DIREKTUR
JENDERAL PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN
HUKUM REPUBLIK INDONESIA, ttd. DHAHANA
PUTRA BERITA
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2025 NOMOR 371 |