Banjarmasin (ANTARA News) - Krisis keuangan global akibat krisis ekonomi Eropa tidak mempengaruhi masuknya investasi ke Indonesia bahkan selama kumulatif Januari -- September 2012 total investasi naik 27 persen menjadi Rp229,9 triliun.

Kepala Sub Direktorat Penyusunan Anggaran Belanja Negara II Dit Penyusunan APBN, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Agung Widiadi di Banjarmasin, Rabu mengatakan, kinerja perkembangan perekonomian domestik cukup menggembirakan walaupun ada beberapa kendala yang harus diselesaikan.

Beberapa sektor tersebut antara lain, tentang kondisi investasi 2012 yang mengalami kenaikan, yaitu dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp164,2 triliun atau naik 27 persen dibanding tahun sebelumnya.

"Sedangkan untuk penanaman modal dalam negeri atau PMDN sebesar Rp65,7 triliun naik 26,3 persen," katanya.

Selanjutnya, untuk investasi khusus kuartal III juga mengalami kenaikan sekitar 25,1 persen menjadi Rp81,8 triliun.

Dari total investasi yang masuk, kata dia, untuk penanaman modal asing sebesar Rp56,6 triliun atau naik 22 persen dibanding tahun sebelumnya periode yang sama dan penanaman modal dalam negeri atau PMDN sebesar Rp25,2 triliun naik 32,6 persen.

Kedatangan Agung ke Banjarmasin dalam rangka melakukan "editors meeting" bersama dengan redaktur seluruh media lokal Kalimantan Selatan di Banjarmasin dengan tema Peran APBN Dalam Menunjang Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan di Daerah.

Menurut dia, krisis Eropa telah banyak membawa dampak terhadap perekonomian nasional, antara lain pada Agusutus 2012 ekspor turun 5,6 persen dibanding tahun sebelumnya periode sama menjadi 14,1 miliar dolar AS.

Sedangkan impor justru naik menjadi 13,9 miliar dolar AS atau naik hingga 10,3 persen dan surplus neraca perdagangan sebesar 248,5 juta dolar AS, dan periode Januari hingga Agustus 2012 total surplus neraca perdagangan mencapai 496,66 juta dolar AS.

Sementara itu, untuk neraca pembayaran, mengalami defisit transaksi berjalan atau Q2 2012 sebesar 6,9 miliar dolar AS atau 3,1 persen pendapatan domestik bruto (PDB), lebih besar dari defisit pada Q1 2012 sebesar 3,2 miliar atau 1,5 persen PDB.

Surplus transaksi modal dan finansial Q2-2012 sebesar 5,5 miliar dolar AS atau naik 2,5 persen lebih besar dibandingkan Q1 2012, 2,5 miliar dolar AS atau 1,1 persen PDB.

Sedangkan defisit neraca pembayaran sebesar 2,8 miliar dolar AS lebih besar dibading defisit pada Q1 2012 sebesar 1 miliar dolar AS atau 0,5 persen PDB.

Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional pada 2012, tambah Agung, pemerintah juga mengeluarkan berbagai kebijakan antara lain pemberian insentif dan belanja pemerintah untuk mendorong konsumsi.

Beberapa hal tersebut antara lain, alokasi dana sisa anggaran lebih (SAL) Rp24 triliun untuk pembangunan infrastuktur, realisasi program MP3EI, peningkatan penyerapan anggaran sampai dengan 7 November yang telah mencapai Rp336,9 triliun atau 61,5 persen terhadap APBNP.

Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding 2011 periode sama yang hanya 56,8 persen dari pagu APBNP.

"Peningkatan penyerapan tersebut terjadi karena dibentuknya tim evaluasi dan pengawasan penyerapan anggaran oleh kementerian keuangan," katanya.