Target Pendapatan Negara 2018 Tercapai, Pajak Masih Shortfall
Kementerian Keuangan melalui siaran pers memastikan tercapainya target penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar Rp1.894,7 triliun. Dengan pencapaian tersebur, defisit (primary balance) APBN 2018 untuk sementara berhasil di tekan menjadi kurang dari 2% setelah memperhitungkan realisasi belanja negara yang dilaporkan mencapai 97% dari pagu anggaran.
Laporan tersebut bersifat sementara, berdasarkan hasil video conference Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan seluruh pejabat eselon I dan II Kementerian Keuangan di seluruh Indonesia, Senin (31/12/2018).
Menurut Direktur Jenderal Perbendaharaan Marwanto, seperti dikutip dari Katadata, pendapatan negara sudah mencapai 100,1% dari target berdasarkan perhitungan sementara pada Senin (31/12) pukul 07.00 WIB.
Apabila dirinci, rata-rata penerimaan kepabeanan dan cukai serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sudah melampaui target yang ditetapkan. Sementara untuk penerimaan pajak—dari Papua hingga Sumatera—kemungkinan masih belum mencapai target (shortfall).
Bea dan Cukai
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi mengungkapkan seluruh pos penerimaan yang dipercayakan ke instansinya, baik bea masuk, bea keluar, maupun cukai, berhasil melampaui eskpektasi dari sisi nominal.
Dalam APBN 2018, target penerimaan kepabeanan dan cukai ditetapkan sebesar Rp194,1 triliun, dengan rincian: bea masuk sebesar Rp35,7 triliun, bea keluar Rp3 triliun dan cukai Rp 155,4 triliun.
Sri Mulyani menjelaskan defisit APBN 2018 yang di bawah 2% merupakan level terendah sejak tahun 2012. Menurutnya, pencapaian tersebut tidak lepas dari kerja sama dan kolaborasi penegakan dan penindakan hukum antara Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang semakin efektif.
Berangkat dari pencapaian tahun lalu, Menkeu semakin optimistis dalam menghadapi tantangan fiskal tahun 2019. Namun, kewaspadaan tetap harus dijaga mengingat ketidakpastian global dan dalam negeri masih akan dinamis, seperti ancaman perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, fluktuasi harga minyak, dan indikator ekonomi makro lainnya. (AGS/ASP)