Penerimaan Pajak Tahun Ini Bakal Bertaji

JAKARTA. Meski dibayangi memburuknya kinerja pemungutan pajak, pemerintah tetap optimistis pengelolaan fi skal tahun ini bakal lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Optimisme itu muncul seiring dengan membaiknya kinerja penerimaan pajak serta terkelolanya utang awal tahun ini.
Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, realisasi penerimaan pajak (plus PPh migas) pada Januari 2018 sebesar Rp78,9 triliun atau tumbuh 11,17% dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan target peneriman pajak tahun ini yang dipatok sebesar Rp1.424 triliun, kinerja penerimaan itu sudah mencapai 5,54% dari target.
Sebagian besar penerimaan tersebut ditopang oleh realisasi positif penerimaan pajak penghasilan (PPh) sebesar Rp46,2 triliun atau tumbuh 13,4% serta PPN dan PPnBM sebesar Rp32,3 triliun tumbuh sekitar 9,41%.
Sedangkan dilihat dari sisi struktur penerimaan pajaknya, kontribusi PPh Orang Pribadi menunjukan perbaikan.
PPh 21 misalnya tumbuh 16,09% atau jika dibandingkan tahun laku secara persentase realisasinya cukup meningkat. PPh Badan tumbuh 43,66%.
Sementara itu, PPh OP pertumbuhannya cukup signifi kan yakni mencapai 33,18%. Pertumbuhan kinerja PPh OP juga mengindikasikan perbaikan kepatuhan dari wajib pajak orang pribadi yang selama ini dikenal kontribusinya cukup rendah dalam struktur penerimaan pajak.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, tren pertumbuhan positif pada bulan lalu memberikan keyakinan bagi pemerintah bahwa penerimaan pajak bakal terus membaik.
Terkelolanya kinerja pemungutan pajak dan realisasi pembiayaan yang mencapai Rp21,8 triliun atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu, menunjukan bahwa keseimbangan fi skal pada 2018 terus terjaga. "Kalau dilihat lebih jauh akan lebih baik lagi. Kinerja awal tahun ini menunjukan APBN kita dikelola secara konsisten dan sehat sesuai dengan prinsip kehati-hatian," kata Menkeu di Jakarta, Selasa (20/2).
Meski relatif terkelola, penambahan utang pada awal tahun itu membuat posisi utang pemerintah pusat naik hingga menjadi Rp3.958,6 triliun. Artinya dengan realisasi PDB sebesar Rp13.588,8 triliun, rasio utang terhadap PDB kembali bergerak ke angka 29,1% atau naik dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu.
Adapun penjelasan pemerintah ini sekaligus menjawab pertanyaan soal tantangan pengelolaan fi skal di tengah redupnya kinerja pemungutan pajak.
Seperti diketahui, dengan kinerja pemungutan pajak yang setiap tahun terus anjlok berpotensi memperburuk pengelolaan fiskal. Apalagi, di satu sisi rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) terus membengkak.
Kalau merujuk data tahun lalu, dengan total utang sebesar Rp3.938,7 triliun dan realisasi PDB pada 2017 sebesar Rp13.588 triliun, rasio utang terhadap PDB terkerek naik di kisaran 29%. Artinya semakin membengkaknya utang dan terus tergerusnya kemampuan pemerintah memungut pajak yang ditandai dengan realisasi rasio pajak sebesar 8,4% pada 2017, hal ini menjadi alarm bagi pemerintah.
Selain itu, kinerja pemungutan pajak yang melempem juga memunculkan dua risiko besar yakni kegagalan menghadirkan anggaran yang layak dan utang yang makin melonjak. Padahal standar dari International Monetary Fund (IMF), minimal untuk melakukan pembangunan secara berkelanjutan dibutuhkan rasio pajak sebesar 12,75%.
Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan menambahkan, pihaknya masih yakin bahwa kinerja pemungutan pajak tahun ini bakal lebih baik. Tanda-tanda perbaikan tersebut juga mulai tampak, misalnya dari realisasi penerimaan pajak Januari lalu. "Pertumbuhannya cukup baik, PPh OP misalnya menunjukan kinerja yang juga lumayan baik," jelasnya.
Dia juga menjelaskan, membaiknya pertumbuhan perekonomian juga akan memicu peningkatan transaksi ekonomi yang artinya implikasinya terhadap pertumbuhan penerimaan pajak juga semakin baik. "Investasi, ekspor, dan impor meningkat, itu menjadi pemicu dari penerimaan pajak," jelasnya.
Bisnis Indonesia