Pro Kontra Hatta, Dana Asing Keluar Bursa
JAKARTA, KOMPAS.com - Perlahan tapi pasti, dana asing mulai keluar dari bursa saham Indonesia. Selama tiga hari berturut-turut, asing melakukan aksi jual bersih alias net sell di lantai bursa. Total nilainya mencapai Rp 1,07 triliun.
Asing mengambil untung lantaran IHSG sudah terbang lebih dari 70 persen sejak awal tahun ini. Selain itu, para analis melihat, dalam jangka pendek investor asing masih menunggu gebrakan tim ekonomi kabinet 2009-2014.
Yang pasti, keluarnya dana asing mempengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kemarin (21/10), indeks terlempar dari zona 2.500, dan ditutup melorot 1,02 persen menjadi 2.476,80. Net sell asing tercatat mencapai Rp 615,8 miliar, sementara rata-rata nilai transaksi harian sekitar Rp 3,7 triliun.
Direktur Paramitra Alfa Sekuritas Ukie Jaya Mahendra melihat, aksi jual investor asing di lantai bursa tak lepas dari pro-kontra posisi Hatta Rajasa sebagai Menteri Perekonomian. Pasar melihat Hatta Rajasa sebagai politisi, bukan seorang ekonom.
Maka itu, satu-satunya cara menepis keraguan itu adalah dengan pembuktiannya kinerja. "Asing sendiri masih wait and see, makanya dalam beberapa hari terakhir ini dan ke depan saya perkirakan ada tekanan jual oleh asing di bursa kita," kata Ukie, kemarin.
David Ferdinandus, Senior Vice President Indomitra Securities menilai, perginya dana asing dari bursa Indonesia masih terbilang lumrah. Investor asing hanya melakukan aksi ambil untung atau profit taking dan hanya bersifat sementara.
Toh, secara umum investor asing masih getol menanamkan uangnya di Indonesia. Tengok saja, sejak awal tahun sampai kemarin, asing masih tercatat lebih banyak membeli (net buy) ketimbang menjual saham di bursa Indonesia. Per 21 Oktober 2009, investor asing membukukan net buy Rp 9,86 triliun.
Dari sisi kepemilikan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), asing juga cukup dominan. Merujuk data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 19 Oktober 2009, kepemilikan asing di saham senilai Rp 788,07 triliun, setara 67,55 persen total saham tercatat di KSEI.
Porsi kepemilikan ini naik 2,05 persen dari kepemilikan asing per akhir September 2009 yang senilai Rp 772,23 triliun. "Kepemilikan asing akan meningkat seiring naiknya bursa saham kita," ujar Direktur KSEI Trisnadi Yulrisman, Selasa (20/10).
Menurut David, asing melihat Indonesia masih cukup potensial sebagai tempat untuk membiakkan dana investasi mereka. Ambil contoh, lembaga pemeringkat Moody's Investor Service menaikkan peringkat utang Indonesia dari Ba3 menjadi Ba2, pada pertengahan bulan lalu. Bukan cuma itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diperkirakan lebih tinggi di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global. Hal itu jelas ikut mendongkrak pamor bursa saham domestik.
Ukie berpendapat, dalam waktu dekat, bursa saham Indonesia masih sepi sentimen baik. Saat ini, investor tinggal menunggu laporan kinerja emiten kuartal ketiga 2009. Selain itu, sentimen bursa regional juga bisa mempengaruhi laju indeks dalam negeri.
Jika rapor sebagian besar emiten berwarna biru, nilai tukar rupiah bergerak stabil, plus gebrakan tim ekonomi kabinet baru yang pro pasar, maka asing bisa terus mengakumulasi beli saham-saham di lantai bursa Indonesia.
Sebelum tutup tahun ini, Ukie memprediksi indeks bisa menembus 2.700. "Aksi window dressing yang mungkin terjadi juga bisa mengangkat indeks," kata dia.
David meramal, indeks berpeluang menyentuh 2.800 sampai akhir 2009. "Dengan catatan, apabila data-data ekonomi domestik dan global membaik," kata David.
Kompas.com
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/10/22/07523948/pro.kontra.hatta.dana.asing.keluar.bursa