Proyeksi Ekonomi 2013: Waspadai Utang Jangka Pendek
JAKARTA—Peningkatan yang terus menerus terhadap utang jangka pendek swasta perlu diwaspadai karena berisiko terhadap pelemahan cadangan devisa negara yang berasal dari risiko-risiko global.
David Sumual, Ekonom Bank Central Asia, mengatakan cadangan devisa merupakan penahan [buffer] ekonomi terhadap risiko-risiko yang berasal dari luar. Namun, sambungnya, posisi utang jangka pendek swasta saat ini terhadap cadangan devisa masih belum mengkhawatirkan.
“Sekitar 30% utang [luar negeri] swasta jangka pendek itu masih oke, tapi kalau tiba-tiba yang jangka pendek itu makin lama makin banyak, itu yang kita dikhawatirkan,” katanya dalam acara Penganugerahan LUNI FEUI Award 2012, Selasa (18/12).
David mengatakan risiko itu akan semakin besar apabila penarikan utang jangka pendek digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek jangka panjang. Pola tersebut, imbuhnya, pernah terjadi pada masa krisis 1997-1998.
“Dikhawatirkan, utang jangka pendek digunakan untuk proyek jangka panjang seperti 1998. Dan kekhawatiran waktu itu kan utang jangka pendek [berdenominasi] dolar, padahal penghasilan rupiah,” jelasnya.
David juga mengingatkan penarikan utang luar negeri dengan denominasi dolar oleh perusahaan yang jenis pendapatannya berdenominasi rupiah. Risiko tersebut berupa pembengkakan nilai utang pada saat rupiah mengalami pelemahan.
Telisa Aulia Felianti, Ekonom dari EC-Think, menyarankan adanya sistem lindung nilai [hedging] terhadap utang luar negeri swasta. Sistem lindung nilai itu berfungsi untuk melindungi utang luar negeri berdenominasi dolar terhadap pelemahan rupiah yang terus menerus.
“Kalau lihat pola 1997, swasta utangnya membengkak besar, lalu tidak dihedging. Mudah-mudahan, sekarang pengusaha sudah belajar dari krisis 1997, [utang luar negeri] harus dihedging,” ujarnya.
Menurut David, sebagian besar utang luar negeri swasta belum memakai sistem lindung nilai. Hal itu, lanjutnya, bisa terlihat dari kerugian penurunan nilai yang banyak dialami oleh debitur.
“Kebanyakan tidak pakai hedging, mereka mencatatkan forex loss [foreign exchange loss/kerugian penurunan nilai],” katanya.
Namun, lanjutnya, kerugian penurunan nilai yang dialami tidak terlalu besar karena pelemahan rupiah saat ini tidak terlalu mengkhawatirkan.
Berdasarkan data Bank Indonesia, penarikan jenis utang luar negeri jangka pendek swasta cenderung meningkat sejak tahun 2006. Pada 2006, rasio utang luar negeri jangka pendek adalah 18% terhadap keseuruhan utang luar negeri.
Rasio tersebut terus meningkat hingga mencapai 31,8% pada 2011. Adapun, sampai dengan September 2012, rasio utang luar negeri jangka pendek swasta terhadap keseluruhan utang luar negeri adalah 29,3% atau sebesar US$36,1 miliar.