Restitusi Gerus Kinerja Setoran Pajak
JAKARTA. Besarnya nilai restitusi di subsektor industri pengilangan menjadi pemicu tergerusnya pertumbuhan penerimaan pajak dari sektor manufaktur.
Hestu Yoga Saksama, Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak, mengatakan bahwa akibat sifatnya yang sementara, otoritas pajak tetap yakin performa penerimaan pajak dari sektor manufaktur bakal kembali seperti semula.
"Memang restitusi cukup besar dari beberapa WP besar di subsektor industri pengilangan. Kami yakin dalam bulan-bulan mendatang pertumbuhan sektor pengolahan akan meningkat lagi," ungkapnya, Rabu (15/8).
Yoga menjelaskan bahwa pertumbuhan penerimaan pajak untuk sektor pengolahan sebenarnya cukup bagus (12,48%), meskipun hal itu juga harus diakui realisasinya tidak setinggi tahun lalu (18,6%).
Melambatnya kinerja manufaktur pada kuartal II/2018 berpengaruh terhadap penerimaan pajak dari sektor manufaktur yang selama 2 bulan terakhir pertumbuhannya tercatat terus mengalami pelambatan.
Data Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak per Juli 2018 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ini hanya 12,48% atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan lalu yang mencapai 12,64%.
Realisasi Juli 2018 juga mencatatkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni 18,16%.
Meski tumbuh relatif lebih rendah, kontribusi sektor manufaktur masih lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Pertambangan misalnya, meski tumbuh hampir tembus ke angka 80%, kontribusinya ke penerimaan pajak hanya 6,5%.
Direktur Potensi Kepatuhan dan Penerimaan Pajak Ditjen Pajak Yon Arsal memastikan bahwa meski pertumbuhannya melorot, realisasi pertumbuhan penerimaan pajak sektor manufaktur yang berada pada kisaran 12% sudah cukup tinggi.
Dia mengatakan, baseline yang menjadi ukuran pertumbuhan tahun ini sudah cukup tinggi. Dengan baseline yang cukup tinggi, pemerintah menyebut tren pertumbuhan sektor manufaktur masih sesuai dengan ekspektasi.
"Mempertimbangkan baseline-nya, realisasi ini sudah sangat bagus karena berangkat dari batas yang tinggi," kata Yon kepada Bisnis, Rabu (15/8).
Data Badan Pusat Statistik soal PDB menunjukan bahwa kinerja pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2018 mencapai 5,27%. Meski lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal I, tetapi berdasarkan per sektornya, pertumbuhan sektor manufaktur justru melambat.
Per kuartal II/2018, sektor manufaktur hanya tumbuh 3,97% atau lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I/2018 yang pertumbuhannya mencapai 4,58%. Faktor libur panjang ditengarai menjadi pemicu melambatnya sektor manufaktur.
Perlambatan dari sektor manufaktur ini juga sejalan dengan pelambatan penerimaan pajak dari sektor manufaktur yang terus turun selama 3 bulan terakhir.
"Tapi saya perlu melihat dulu detilnya apakah ada korelasinya atau tidak," ungkapnya.
Bisnis Indonesia