Wuih.. Bunga Kredit Riil Indonesia Paling Tinggi
JAKARTA, Suku bunga kredit riil mencatat rekor tertinggi dalam sembilan tahun terakhir. Tingginya suku bunga kredit riil di Indonesia jauh melampaui negara-negara lainnya. Suku bunga kredit riil merupakan besaran bunga kredit sebelum memperhitungkan ekspektasi inflasi.
Indikator ini dipakai dunia usaha untuk membandingkan biaya pinjaman bank dengan prospek keuntungan usaha ke depan. ”Akibat tingginya bunga kredit riil, maka kalau mau meminjam, pengusaha otomatis harus menghasilkan return yang besar. Ini tentu tidak mudah dalam situasi saat ini. Inilah yang menjelaskan mengapa pertumbuhan kredit terhambat,” kata Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa, Selasa (3/11) di Jakarta.
Saat ini rata-rata suku bunga kredit perbankan nasional tercatat sebesar 14 persen per tahun. Adapun ekspektasi inflasi tahun 2010 sebesar 5 persen. Hal ini berarti suku bunga kredit riil mencapai 9 persen. Suku bunga kredit riil saat ini tercatat yang tertinggi sejak tahun 2001. Nilainya juga jauh melampaui rata-rata bunga kredit riil selama periode 2000-2009 yang sebesar 7 persen.
Dengan biaya pinjaman bank sebesar 9 persen, ditambah dengan biaya operasional dan premi risiko, dunia usaha harus memperoleh hasil investasi yang besar agar tetap bisa untung.
Saat ini kondisi perekonomian domestik masih belum pulih dari krisis keuangan global. Bunga kredit riil di Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangga, seperti Thailand sebesar 6,8 persen dan Malaysia 2,4 persen. Hal ini tentu membuat daya saing sektor riil Indonesia menjadi tidak kompetitif.
Investasi anjlok
Pengamat moneter, Iman Sugema, mengatakan, tingginya bunga kredit riil membuat pengusaha enggan berekspansi. Akibatnya, investasi anjlok dan ekspor menurun.
Di sisi lain, menurut pengamat keuangan, Dradjad H Wibowo, keuntungan riil dari investasi portofolio saat ini sangat tinggi. Imbal hasil riil dari surat utang negara, misalnya, mencapai 5,2 persen. Adapun keuntungan di saham bisa lebih tinggi.
Ketimbang berinvestasi di sektor riil yang berisiko dan belum tentu bisa mendapatkan keuntungan riil lebih dari 5 persen, investor akhirnya cenderung menempatkan dananya pada portofolio keuangan.
Inilah yang menjelaskan mengapa pasar saham dan pasar keuangan Indonesia begitu marak belakangan ini. ”Kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan likuiditas antara sektor keuangan dan sektor riil,” kata Dradjad.
Menurut Dradjad, saat ini pemilik dana lebih senang beternak uang di bank dan aset keuangan. Golongan inilah yang diuntungkan oleh rezim suku bunga tinggi di Indonesia, sementara rakyat miskin makin tercekik.
Golongan yang mendapat keuntungan umumnya berada di pusat-pusat keuangan sehingga ketimpangan pembangunan antardaerah semakin lebar.
Pertumbuhan ekonomi dalam beberapa triwulan terakhir hanya didorong oleh konsumsi dari golongan yang menginvestasikan dananya di portofolio keuangan. ”Ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi jadi tidak maksimal karena dana hanya berputar di sektor keuangan dan bukan di sektor riil,” ujar Dradjad Wibowo.
Kompas.com
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/11/04/08492737/Wuih...Bunga.Kredit.Riil.Indonesia.Paling.Tinggi