News

Beda Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2026: Kemenkeu, BI, dan Bappenas Punya Angka Sendiri



Beda Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2026: Kemenkeu, BI, dan Bappenas Punya Angka Sendiri

JAKARTA. Pemerintah bersama otoritas moneter dan lembaga perencanaan pembangunan menyampaikan proyeksi berbeda soal pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2026. Perbedaan ini terungkap dalam rapat Komisi XI DPR RI bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy, dan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar pada Kamis malam, 3 Juli 2025.

Kementerian Keuangan menetapkan asumsi makro pertumbuhan ekonomi pada 2026 berada di kisaran 5,2% hingga 5,8%. Menurut Sri Mulyani, untuk bisa mencapai angka tertinggi 5,8%, diperlukan kontribusi yang kuat dari berbagai komponen ekonomi. Konsumsi masyarakat harus tumbuh minimal 5,5%, sementara investasi harus mendekati 6%, dan ekspor dijaga tetap tumbuh sekitar 7%.

"Kalau 2026 dimana kami menyebutkan KEMPPKF 5,2%-5,8%, maka PR untuk masing-masing komponen kontribusi growth harus makin tinggi lagi. Kalau 5,8%, konsumsi harus 5,5%," papar Sri Mulyani seperti dikutip dari cncbindonesia.com.

Sri Mulyani menambahkan, konsumsi tidak hanya ditopang oleh bantuan sosial, tapi juga inflasi yang rendah, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan. Selain itu, pemerintah mengandalkan sejumlah program untuk mendorong pertumbuhan, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes), revitalisasi sekolah, dan belanja pemerintah.

BI Jaga Ekspektasi

Proyeksi dari Bank Indonesia (BI) cenderung lebih konservatif. Gubernur BI Perry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2026 berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%. Meski begitu, BI tetap optimis pertumbuhan bisa mendekati baseline Kemenkeu di 5,2%.

Menurut Perry, proyeksi BI mempertimbangkan tantangan eksternal, seperti perlambatan ekspor akibat kondisi global. Selain itu, kerja sama perdagangan internasional juga perlu diperluas agar ekspor tetap terjaga.

Untuk mendukung pertumbuhan, Perry menjelaskan bahwa BI telah memangkas suku bunga dua kali dan akan mempertimbangkan penurunan lanjutan."Nah kami jelaskan BI all out dorong ekonomi. Kita turunkan suku bunga 2 kali, dan akan diturunkan lagi," kata Perry,

Perry juga menyebut bahwa meskipun proyeksi BI lebih rendah, dengan dukungan strategi yang tepat, termasuk pelaksanaan program prioritas nasional seperti Asta Cita dan percepatan investasi, pertumbuhan bisa didorong hingga mencapai target pemerintah, yakni 5,8%. Dia juga menekankan pentingnya menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) untuk efisiensi investasi.

Bappenas Paling Optimis

Sementara itu, Kementerian PPN/Bappenas memasang target pertumbuhan ekonomi yang paling optimistis. Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2026, Bappenas menargetkan pertumbuhan berada di kisaran 5,8% hingga 6,3%.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menyatakan bahwa angka 6,3% masih tergolong moderat, meskipun lebih tinggi dibanding proyeksi BI dan Kemenkeu. Menurutnya, peluang untuk tumbuh lebih tinggi tetap terbuka, meski harus tetap dicapai dengan penuh kehati-hatian.

Terkait perbedaan proyeksi ini, Rachmat menekankan bahwa pendekatan perencanaan Bappenas berbeda dengan Kemenkeu. "Jadi, kalau Menteri Keuangan, ini berdasarkan penganggaran. Kami berdasarkan perencanaan," ujarnya. (KEN)


Global Recognition
Global Recognition | Word Tax     Global Recognition | Word TP

Contact Us

Jakarta
MUC Building
Jl. TB Simatupang 15
Jakarta Selatan 12530

+6221-788-37-111 (Hunting)

+6221-788-37-666 (Fax)

Surabaya
Graha Pena 15th floor
Jl. Ahmad Yani 88
Surabaya 60231

Subscribe

For more updates and information, drop us an email or phone number.

Integrity & Responsibility

Good Corporate Citizenship

Whistleblowing


© 2020. PT Multi Utama Consultindo. All Rights Reserved.
dari server baru